Judul: In The Miso Soup
Pengarang: Ryu Murakami
Penerbit: Transmedia Pustaka
Genre: horror, thriller, Japanese lit, mystery.
Bintang: ✮ ✮ ✮ ✮
Bintang: ✮ ✮ ✮ ✮
Ringkasan:
Pengetahuan Kenji yang mendetail tentang industri seks di Tokyo, observasinya yang mendalam, dan sikapnya yang bijaksana dalam memecah kekosongan dan kemunafikan dari kondisi kontemporer Jepang, serta penglihatannya yang mendalam terhadap fenomena "kencan dibayar" dan "menjual kencan" yang banyak dilakukan oleh gadis pelajar Jepang, memberikan kita begitu banyak hal untuk dipikirkan lewat tiap halamannya. Kenji tak ubahnya seperti kita, jauh dari kata inosens, memandu kita menuju kekejaman dan keiblisan yang mampu dia hindari--dan, hanya lewat Jun kekasih berusia 16 tahunnya saja yang mungkin mampu menyelamatkan Kenji.... ( via Goodreads)
.-.
Saya heran kenapa novel buatan orang Jepang yang saya baca kok rasanya mengerikan semua, mulai dari Memoar of Geisha, yang menurut otak anak SMP saya sudah cukup disturbing, lalu Out karya Kirino, lalu ini. Out memang sangat mengerikan, mulai dari sisi kekejaman sampe adegan sexual yang explicit, saya pikir otak anak SMA saya yang masih lugu tergores saat itu juga. Saya sering nonton anime atau baca manga, tapi novel Jepang? Bisa dihitung pake jari tangan, hanya 3 yang drama manusia normal.
Seperti dari ringkasan di atas, Kenji itu guide bagi turis luar yang ingin menikmati dunia malam di Tokyo. Dia tahu banyak tentang industri malam di sana, watak pekerja dan juga watak orang-orang luar yang biasa menyewa jasanya. Frank adalah kasus lain.
Frank itu misteri. Dari penjelasan Kenji sendiri Frank tidak seperti manusia alami, lebih mirip manusia buatan.
Apakah Frank punya andil dalam pembunuhan keji yang terjadi di sana? Apakah Kenji bisa selamat?
Novel ini, menurut saya level kekejamannya sedikit di atas Out. Rasanya hampir sama dengan film Confession yang pernah diceritakan teman-teman cowok satu forum dulu, dimana kelamin salah satu karakter cowok diledakkan dan dipatahkan oleh ceweknya yang cemburu. Yah, seperti itulah gambaran kekejaman di novel ini, sadis sekali.
Bibir ini naik karena jijik sewaktu membacanya. Namun saya adalah omnireader, asal itu hanya sebuah adegan sadis yang dijelaskan dengan tulisan, bukan gambar, saya biasanya tak terganggu. Lagipula pandangan Kenji tentang budaya di Jepang yang membuat saya memberi bintang 4. Dia mengerti buruknya pekerjaannya, tapi dia ahli dalam pekerjaannya. Aneh kan?
Bagi yang gak kuat sadis-sadis, jangan pernah baca buku ini. Saya gak pernah makan miso, tapi mungkin baca ini itu seperti pesan indomie pake telor dan Anda dapat indomie pake mata manusia atau sesuatu lain yang menjijikkan.
Tentang penulis
Ryu Murakami lahir di Sasebo Nagasaki tahun 1952. Novel debutnya dia tulis ketika masih menjadi mahasiswa dan memenangkan award bagi pendatang baru tahun 1976.
Murakami pernah menjadi drummer dan pernah punya acara tv sendiri.
Saya penasaran apa cuman novel ini dari semua karya Murakami yang diterbitkan di Indonesia. Mengingat novel ini saya baca ketika kondisinya jelek banget. Bahkan saya tidak pernah tau penerbit ini ada :|
Murakami pernah menjadi drummer dan pernah punya acara tv sendiri.
Saya penasaran apa cuman novel ini dari semua karya Murakami yang diterbitkan di Indonesia. Mengingat novel ini saya baca ketika kondisinya jelek banget. Bahkan saya tidak pernah tau penerbit ini ada :|
novelnya dijual ga? :D
ReplyDeleteselain in the miso soup karya Ryu Murakami lainnya yang diterbitkan di Indonesia adalah "Coin Locker Babies". Gramedia should publish more of his works dan Kirino!! soalnya selalu explosive, original dan emotional!! saya juga selalu berpikir kenapa ya karya sastra Jepang itu selalu punya sisi yang dark?? anehnya, ketika saya ke Tokyo bberapa waktu yang lalu, saya memang merasakan semacam "energi sepi" yang aneh yang cuma bisa dirasakan di kota tsb. Ya, di Tokyo yang sepertinya hingar bingar itu! bahkan di pusat - pusat hiburannya! "energi sepi" itu kayaknya selalu membututi saya, bahkan saat saya bicara hal - hal yang lucu dengan orang Jepang, atau saat saya melihat pohon. Dan ketika saya melihat lihat lagi hasil foto saya tentang sudut2kota Tokyo, makin jelas, saya bisa rasakan kekuatan sepi, diam, zen, and a lil bit dark.. i dunt know what should i called that energy, Entah apa yang menyebabkan hal tersebut, mungkin karena orang2nya terlalu mengikuti peraturan? pekerja keras? orang - orangnya introvert? atau jumlah penduduk Jepang yang makin menyusut? atau karena waktu itu musim dingin? i dunt knowww. tapi saya yakin banget deh, "energi sepi" itu memang ada di tiap orang Jepang, and it effect their works.. thats all i can say.
ReplyDeleteMasih punya novelnya gak ? Please respond ��
ReplyDeleteMasih punya novelnya gak ? Please respond ��
ReplyDelete