Pages

Sunday, 28 July 2013

And The Mountains Echoed by Khaled Hosseini


Judul: And The Mountains Echoed
Penulis: Khalled Hosseini
Bahasa: Indonesia
Genre: literary fiction, family, drama
Terbit: Juni 2013
Penerbit: Qanita (Mizan)
Bintang: ✮ ✮ ✮ ✮ ✮

‘My earlier novels were, at heart, tales of fatherhood and motherhood. My new novel is a multi-generational family story as well, this time revolving around brothers and sisters, and the ways in which they love, wound, betray, honour and sacrifice for each other.’ - Khalled Hosseini

Khalled Hosseini bagi saya adalah penulis genius. Dia sanggup membuat saya tak bisa melupakan novel pertamanya bahkan bertahun-tahun setelah saya membacanya. Dongeng yang ia buat menempel lekat di kepala saya, sebagian pandangan hidupnya mempengaruhi diri saya sekarang ini dan kadang Hosseini membuat saya mempertanyakan apa yang telah saya yakini. Tidak banyak penulis yang bisa membuat saya tertarik dengan sejarah/kebudayaan suatu negara, dan yang seperti tumor, merambat ke berbagai hal lain yang tak mungkin saya pelajari hanya dari wikipedia.

Ketika adek kelas saya memberitau saya tahun lalu jika Hosseini akan menerbitkan novel, saya langsung kegirangan tapi skeptis. Apalagi yang mau ia tulis tentang tanah air yang ia tinggalkan?

Emosional. Itu yang bisa katakan. Novel ini begitu emosional saya perlu waktu dua hari untuk menenangkan diri dan menulis review ini. Setiap kali saya mengingat apa yang ada di buku ini, mata saya selalu berkaca-kaca, dan demi masa, saya tak mau menangis lagi.

Berawal dari kisah dua saudara Abdullah dan Pari yang dipisahkan karena masalah ekonomi. Dimana Pari dijual kepada pasangan suami istri kaya raya di Kabul. Di sinilah dimulai jaring-jaring cerita yang merambat tidak hanya pada dua saudara itu, kembali ke masa lalu, menuju ke masa depan, tidak berhenti hanya di Afganistan tapi juga Amerika, Paris dan Yunani. Berbeda sekali dengan alur maju dua novel sebelumnya, Hosseini mencoba hal baru dengan membuat alur cerita yang carut marut tapi saling tersambung satu dengan yang lain secara jelas. Beberapa orang tidak menyukai alur yang membingungkan ini, tapi bagi saya hubungan satu chapter dan yang lain terlihat begitu jelas, sama sekali tidak membingungkan.

Tuesday, 23 July 2013

In the Miso Soup by Ryu Murakami


Judul: In The Miso Soup
Pengarang: Ryu Murakami
Penerbit: Transmedia Pustaka
Genre: horror, thriller, Japanese lit, mystery.
Bintang: ✮ ✮ ✮ ✮

Ringkasan:
Pengetahuan Kenji yang mendetail tentang industri seks di Tokyo, observasinya yang mendalam, dan sikapnya yang bijaksana dalam memecah kekosongan dan kemunafikan dari kondisi kontemporer Jepang, serta penglihatannya yang mendalam terhadap fenomena "kencan dibayar" dan "menjual kencan" yang banyak dilakukan oleh gadis pelajar Jepang, memberikan kita begitu banyak hal untuk dipikirkan lewat tiap halamannya. Kenji tak ubahnya seperti kita, jauh dari kata inosens, memandu kita menuju kekejaman dan keiblisan yang mampu dia hindari--dan, hanya lewat Jun kekasih berusia 16 tahunnya saja yang mungkin mampu menyelamatkan Kenji.... ( via Goodreads

.-.

Saya heran kenapa novel buatan orang Jepang yang saya baca kok rasanya mengerikan semua, mulai dari Memoar of Geisha, yang menurut otak anak SMP saya sudah cukup disturbing, lalu Out karya Kirino, lalu ini. Out memang sangat mengerikan, mulai dari sisi kekejaman sampe adegan sexual yang explicit, saya pikir otak anak SMA saya yang masih lugu tergores saat itu juga. Saya sering nonton anime atau baca manga, tapi novel Jepang? Bisa dihitung pake jari tangan, hanya 3 yang drama manusia normal.

Seperti dari ringkasan di atas, Kenji itu guide bagi turis luar yang ingin menikmati dunia malam di Tokyo. Dia tahu banyak tentang industri malam di sana, watak pekerja dan juga watak orang-orang luar yang biasa menyewa jasanya. Frank adalah kasus lain.

Monday, 22 July 2013

Kitchen by Banana Yoshimoto


Judul: Kitchen (Kicchin)
Penulis: Banana Yoshimoto
Penerjemah: Dewi Anggraeni
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Rating: T
Bintang: ✮ ✮ ✮ ✮ ✮
Review di Goodreads: clicky 

Ringkasan:

"Aku tidak bisa tidur di tempat lain selain dapur." Mikage Sakurai.  Setelah kematian neneknya, tokoh utama wanita kita ini hanya merasa tenang jika berada di dapur. 

Namun dapur keluarga Tanabe yang membuatnya jatuh cinta. Jatuh cinta pada Yuuichi yang mau memungutnya dan ibu (ayah) Yuuichi yang seorang transexual yang membuatnya merasakan apa arti keluarga.  

Nampaknya baru saja saya komen di blog mbak Ren klo saya gak begitu suka dengan cerita yang inti existensinya adalah romance. Rasanya seperti menelan ludah sendiri ya? Tidak. Saya memang gak begitu suka dengan novel dengan inti utama romance, tapi fanfic yang saya baca seringkali intinya adalah romance. Satu dua kali romance novel itu tidak akan membunuh saya (hitungannya ngeles gak ini? lol)

Novel ini saya baca Januari yang lalu, ketika saya masih full time NEET. Saya memutuskan untuk mereview ini sekalian untuk dimasukkan dalam new author challenge dan post pertama di blog yang saya khususkan untuk buku (tidak termasuk manga, sobs). 

Waktu itu saya sudah pegang satu novel tebal berbau sejarah Islam dan saya ingin nyari novel-novel tipis yang kiranya bisa menarik perhatian. Lalu muncullah novel tipis ini, terselimpit diantara novel-novel agak tebal dan tak dihiraukan. Nah, apa yang membuat saya tertarik mengambil buku ini tanpa mempertimbangkan jika ini drama romance? Tentu saja si tokoh utama yang punya fetish dapur dan yah ada kata transexual di belakang bukunya ;)

An Artist of The Floating World by Kazuo Ishiguro


Judul: An Artist of the Floating World
Pengarang: Kazuo Ishiguro
Halaman: 232
Penerbit: Elex Media Komputindo
Terbit: 6 Februari 2013
Format: Paperback
Rating: PG

Review: 

Masuji Ono adalah seorang seniman bohemian dan propagandis selama masa imperialisme Jepang.  Ketika akhirnya Jepang menyerah kepada sekutu, putranya gugur di Perang Jepang-China, dan istrinya meninggal, dia hidup mengambang di masa tuanya. Dikejar oleh masa lalu yang dia anggap merupakan kesalahan besarnya, dia berusaha menghapi masa lalunya yang dapat mengancam pernikahan putri terakhirnya.

Tema novel ini yang paling kentara adalah Jepang setelah Perang Dunia II dan perjodohan. Berawal dari usaha kedua Ono untuk menjodohkan Noriko dengan Taro Saito anak dari Dr. Saito yang sama-sama seorang seniman, namun lebih liberal dari dirinya yang konservatif. Putri pertama Ono mendorongnya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dia buat di masa lalu dengan kata-kata ambigu. Hal itu didorong kegagalan perjodohan pertama Noriko dengan Mitake yang Setsuko dan suaminya duga ada alasan dibalik semua itu, entah karena memang Keluarga Mitake menganggap derajat Masuji Ono terlalu tinggi untuk anak mereka menikahi Noriko atau karena Keluarga Mitake menemukan aib buruk Ono selama proses penyelidikan untuk melakukan perjodohan.