Pages

Thursday 23 October 2014

Kereta Api di Priangan Tempo Doeloe - Sudarsono Katam


Judul: Kereta Api di Priangan Tempo Doeloe
Penulis: Sudarsono Katam
Penerbit: PT Dunia Pustaka Jaya
Tahun terbit: cetakan pertama, 2014.
Format: paperback, hitam putih
ISBN: 978-979-419-430-0

Ada banyak jenis otaku, ada otaku anime, manga, wota dan salah satunya adalah otaku kereta api. Salah satu teman di BBI, sebut saja Mas Tezar bisa dibilang adalah otaku kereta api. Maka ketika saya menilik satu persatu rak buku di Gramedia Manyar Surabaya dan menemukan buku ini, saya tidak ragu untuk nemawarkan buku ini kepada Mas Tezar, lalu karena saya tertarik dengan gambar-gambar di buku ini, saya minta ijin untuk membacanya.

***

Buku ini diawali dengan asal-usul pembentukan Priangan, yang tidak banyak saya ketahui karena saya lebih paham sejarah kerajaan-kerjaan Jawa Tengah - Jawa Timur sewaktu masih sekolah dulu. Ditambah lagi dengan fakta jika saya sepertinya belum pernah menginjakkan kaki sekalipun di tanah Priangan.

Dilanjutkan dengan sedikit info tentang asal muasal kereta yang ternyata dari Inggris sana, pertama kali ditemukan untuk membantu penambang mengangkut hasil kerjanya dari New Castle ke Pelabuhan Avon. Pada awalnya rel kereta terbuat dari kayu, lalu 47 tahun setelah ditemukannya kereta "gerobak" pada tahun 1730, rel diganti dengan bahan besi. 97 tahun kemudian, kereta, yang kemudian disebut lokomotif, mulai mengangkut penumpang.

Kereta sendiri masuk Indonesia bersama Belanda, atau tepatnya masuk ke Jawa pada tahun 1867. Belanda memberikan hak pembangunan pada perusahaan swasta perkereta apian (Verenigde Spoorwegbedrijf - VS) dan perusahaan kereta api negara (Staadspoor En Tremwegen - SS). Ngomong-ngomong, saya kesusahan sekali mengerti Bahasa Belanda, dulu ketika dapat kuliah Pengantar Hukum, saya stress sendiri dengan istilah-istilah hukum yang hampir semuanya dalam Bahasa Belanda. Lanjut lagi, setelah invasi Jepang, perusahaan kereta api dibuat satu saja oleh Jepang menjadi perusahaan negara kereta api intinya, sistemnya sama dengan sekarang yang dimonopoli oleh PT. KAI.

Dari sini kemudian buku ini menyempit menjadi kereta api di Priangan saja dan terdapat banyak sekali foto-foto jalur kerete di sana. Sebagai pengguna setia kereta api Matarmaja Ekspress, hal yanng saya amati sekali adalah banyaknya jembatan kereta api, mulai dari Ciherang sampai Ciharong. Dari foto-foto itu saya saya sudah merinding melihat jalurnya yang membelah gunung-gunung dan lembah-lembah. 

Lalu saya sadar jika bentuk tanah Priangan, mungkin, karena saya tidak pernah ke sana, sangat bergunung-gunung, sehingga banyak sekali jembatan yang dibuat oleh Belanda. 

Sayang sekali sekarang banyak jalur yang dibuat dengan bagusnya di jaman dulu itu sekarang sudah tidak dipergunakan karena nilai ekonominya sudah tidak ada. Sedih ya. Bekas Jembatan Cikuda yang terlihat mewah begitu pun sudah tidak dipakai. Jalur-jalur kereta ini kalah dengan alat transportasi yang lain.  

Buku ini sedikit membuka cakrawala pengetahuan tentang kereta api di Indonesia. Dari buku ini saya sadar istilar "sepur" berasalah dari kata "spoor" dari istilah "staadspoor" yang bertebaran dalam buku ini. Lalu ada juga "viaduct" yang saya tau maksudnya apa tapi tidak paham artinya apa, sekarang saya gak akan bingung klo supir taksi atau tukang becak tanya "dekat viaduk ya mbak?" jika menuju kosan saya. Ditambah lagi buku ini lumayan dapat dijangkau harganya, padahal banyak sekali gambar di dalamnya, mungkin karena tidak berwarna (?). Jika melihat-lihat fotobuk kereta di cd Japan, harganya saja bikin saya begidik saking gak wajarnya :)

***

"Sudah saatnya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) menjadi sebuah perusahaan profesional, rasional, dan tidak lagi sebagai badan sosial" hal. 174

Lokomotif-lokomotif jaman dulu itu bemtuknya bagus, dilihat dari foto-foto yang ada di buku ini, saya bahkan membayangkan Hogwart Express melihatnya. Lalu, lihatlah sekarang? Lebih banyak kereta api bekas dari Jepang? What's gone wrong?

Dominasi PT KAI? Saya tidak paham juga, walau saya lebih bersyukur sekarang PT KAI begitu banyak memperbaiki diri sehingga saya tidak akan mempermasalahkan jika perkeretapian Indonesia dimonopoli oleh mereka, tidak seperti di Jepang dan USA, misalnya. Anda tidak pernah hidup susah jika belum merasakan kereta api ekonomi jarak jauh sebelum PT. KAI memperbaiki diri sebelum tahun 2011. Saya selalu hampir nangis jika kereta Matarmaja berhenti dini hati, di antah berantah, berdesakan dengan orang yang ngambil kursimu, panas dan penuh asap rokok. Sekarang pun Matarmaja berhenti dini hari di antah berantah seperti di salah satu scene 5 cm/second, tapi setidaknya tidak ada orang yang ngrokok dan desak-desakan.


Tentang Penulis

Sudarsono Katam lahir di Kotabumi (Lampung) tanggal 10 Agustus 1945. Masa balitanya dihabiskan di Kotabumi. Tahun 1954 bersama orang tuanya pindah ke Bandung dan menetap di sana sampai sekarang. 

Beliau adalah lulusan ITB Jurusan Teknik Pertambangan Umum pada tahun 1974. Setelah lulus bekerja di PT Propelat Bandung, lalu Badan Tenaga Nuklir Nasional sampai pensiun pada akhir tahun 2002. 

Kecintaanya kepada Bandung menggiringnya menjadi anggota Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung pada tahun 2004 dan mewujudkannya dengan menjadi penulis buku Album Bandoeng Tempor Doeloe.


1 comment:

  1. keren ya foto-fotonya, meski sayang masih hitam putih

    ReplyDelete

sankyu ya (*≧▽≦)